Podcast RL no 3 : Sharing Pro dan Kontra selama Menjadi Developer
Podcast RL adalah salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh Radya Labs dalam rangka menjaga interaksi antar kru RL di masa pandemi covid-19 ini yang harus bekerja secara remote. Tema di podcast ini bebas dan diserahkan ke Kru masing-masing.
Kali ini, tema podcast Radya Labs adalah mengenai suka duka sebagai developer dari 2 orang kru yang pernah mengalami posisi berbeda. Seperti yang telah umum diketahui, jenis pekerjaan dalam dunia IT sangatlah beragam. Sebagai developer pun, bisa terbagi menjadi backend, frontend, mobile, web, atau bahkan fullstack. Nah, dalam kesempatan ini, akan ada cerita suka duka sebagai “superman” developer dan developer yang terfokus. Yuk, disimak!
Dimulai dari Robby yang telah 4 tahun menjadi End to End Developer. Ia bercerita bahwa yang menyenangkan dari seorang End to End Developer yaitu menjamah semua sisi. Dimulai dari desain database, membuat mockup, membuat store procedure, dan tentu saja coding. Bahkan, dari awal pembuatan sistem seperti diskusi mengenai requirements serta menjadi tim support pun dilakukan oleh satu orang developer. Dengan menjadi “superman” developer seperti ini, Robby merasa mendapatkan banyak ilmu. Tidak hanya ilmu dari berbagai bidang dalam dunia IT, namun Robby juga mendapat ilmu public speaking, cara dan teknik-teknik presentasi, hingga belajar akuntansi.
Sementara itu, menurut Robby, duka dari seorang End to End Developer adalah menjadi tidak bisa mendalami atau menjadi expert dalam satu hal. Ilmunya menjadi banyak namun mendasar, tidak dikuasai secara mendalam. Tapi, bukanlah suatu yang buruk ketika seseorang menyukai posisi End to End Developer. Ketika ia nyaman untuk mempelajari semua hal dan tidak expertise dalam suatu hal, mengapa tidak?
Robby mengungkapkan bahwa pekerjaan sebelumnya sebagai End to End Developer itu berat. Sehingga ia memilih untuk masuk ke Radya Labs sebagai Backend Developer. Ketika masuk ke Radya Labs yang sudah lebih terbagi fokus kerjanya, Robby merasa aneh dengan keadaan kerja seperti ini. Lama-kelamaan, dengan suasana kerja di Radya Labs, Robby merasa lebih nyaman dan fokus ketika bekerja pada satu ranah keahlian. Meskipun begitu, Robby merasa senang jika ada yang meminta bantuan di luar posisinya saat ini. Karena menurut Robby sendiri, hal itu dapat mengasah lagi ilmu-ilmu yang jarang ia pakai pada bidangnya.
Berbeda dengan Robby yang pada akhirnya lebih memilih untuk expertise dalam suatu bidang, Asep malah menganggap menjadi End to End Developer adalah hal yang menyenangkan dan fleksibel. Justru, memiliki kemampuan mendasar dalam banyak hal adalah sesuatu yang membuat kita mampu untuk memilih pekerjaan sesuai yang kita inginkan. Sementara, menurut Robby menjadi fleksibel adalah hal yang kurang dihargai. Harus mastering pada suatu bidang, maka ia akan lebih dihargai. Baik dari sisi salary ataupun penghargaan perusahaan.
Asep kemudian bercerita mengenai kisahnya menjadi developer. Ia sudah menjadi developer sejak tahun 2013. Pertama kali, Asep menjadi seorang Frontend Developer. Setelah itu, Asep pun pernah ditempatkan pada sebuah pekerjaan yang tidak sesuai dengan skill yang ia kuasai. Menurut Asep, pada awalnya, hal itu adalah sebuah tantangan. Namun, lama kelamaan, Asep menyadari bahwa sulit menempatkan diri pada posisi yang tidak kita kuasai.
Karena pentingnya skill dalam dunia kerja, Asep dan Robby memberikan tips untuk mereka yang masih kuliah dan bercita-cita menjadi developer handal: usahakan mengerjakan tugas sendiri, hindari mencontek codingan teman. Justru, dengan mencontek codingan teman, meskipun tugas kita mendapatkan nilai yang bagus, kemampuan kita akan menurun. Sehingga, akan rugi dikemudian hari ketika ilmu dari kuliah tidak terserap dengan baik.
Tidak hanya untuk yang masih kuliah, Asep dan Robby pun memberi saran untuk para junior developer. Menurut mereka, junior developer harus mau untuk belajar banyak hal. Belajar untuk menjadi backend, frontend, web, desktop, ataupun mobile developer. Banyak belajar ini akan berguna untuk menentukan passion diri yang sesungguhnya. Meskipun terdengar sulit, tapi ilmu tidaklah berat untuk dibawa. Maka, jangan bosan untuk menutut ilmu sebanyak-banyaknya. Selain itu, jangan pernah merasa puas dengan apa yang kita dapatkan. Rasa tidak puas itu akan terus memotivasi kita untuk belajar.
Kesimpulannya, menjadi developer yang fleksibel atau expertise adalah hal yang bebas untuk dipilih. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tentu, kembali lagi kepada diri, lebih suka yang mana?
Article by Anita Dyah Pertiwi
- Posted by Elfrida Yuliyanti
- On July 17, 2020
- 0 Comments
0 Comments